1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. (Romimontarto, 2001)
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan yang berbeda-beda ke dalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut kriteria-kriteria yang berbeda-beda. (Romimohtarto, 2001)
Pencampuran air laut dan air tawar mempunyai pola pencampuran yang khusus. Berdasarkan pola pencampuran air laut, secara umum terdapat 3 model estuaria yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman, dan pola pasang surut karena dorongan dan volume akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. (Anonymousa, 2009).
Zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah.zona kedua merupakan batas antara sudut terendah dan pasang tertinggi dan garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut ( subtidal ).(Prajitno,2007)
Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat apasut dari pantai berlumpur dan teluk,goba dan estuari yang didominasi oleh halopita,yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin berpokok dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai,rawa-rawa,bersama-samasengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan.(Prajitno,2007)
Estuari memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Perairan semi tertutup
Bagian dari muara sungai
Dipengaruhi oleh pasang surut
Berhubungan langsung dengan laut
Tempat air laut bertemu / bercampur dengan air tawar (Prajitno,2007)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zonasi
2.1.1 Intertidal
a. Pengertian Zona Intertidal
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Prajitno (2007), zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah dan garis permukaan laut (subtidal). Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.
b. Biota pada Zona Intertidal
Menurut Prajitno (2007), pada beberapa kawasan yang jauh dari kegiatan manusia kita dapat menemukan begitu ramainya kehidupan pantai berpasir dari kegiatan “pencarian makanan” dan “bermain” di sela-sela hempasan riak gelombang oleh kepiting-kepiting kecil termasuk hermit crab, cacing-cacing pantai, kerang-kerangan kecil. Komunitas vegetasi pantai tropis didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Algae sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m.
Ikan-ikan intertidal :
Menurut Nybakken (1988), walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan dalam ekologi invertebrata dan tumbuhan dari zona intertidal dengan tiga tipe pantai, tetapi hanya sedikit keterangan mengenai ikan di daerah ini atau tentang peranannya di dalam organisasi komunitas baik sebagai grazer maupun predator.
Burung :
Menurut Nybakken (1988), ketika pasang turun, berbagai burung biasanya berasosiasi dengan zona intertidal. Cukup mengherankan, pengaruh burung-burung ini terhadap komunitas invertebrata pada saat ini sangat sedikit diketahui, kecuali peranan pada hamparan dataran lumpur estuaria. Kebanyakan burung yang berasosiasi dengan daerah intertidal merupakan burung karnivora atau omnivora.
2.1.2 Mangrove
a. Pengertian Zona Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu (Anonymousb, 2009).
Menurut Romimontarto (2001), mangrove umumnya berupa hutan yang terletak di tepi pantai laut di mintakat pasut. Hutan ini umumnya lebat dan berawa-rawa sehingga penelitian dengan menggunakan metode transek tidak mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk dapat melakukan penelitian dengan metode tersebut.
b. Biota Pada Zona Mangrove
Menurut Romimontarto (2001), tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa fructicans terdapat pada habitat yang berair lebih tawar. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon dan ikan.
Menurut Prajitno (2007) bahawa hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak-semak,semak yang terdiri itu Genera tumbuhanAegiatusberbunga(Avicennia,Sonneratia,Rhizophora,Bruguiera,Xylocarpus,Langunculana,Aegiatus,Snaed,dan Conocarpus yang termasuk kedalam 8 familiy.
c. Susunan Tanaman dari Perairan ke Daratan di Mangrove
Berdasarkan ketahanannya terhadap genangan pasang air laut, Prajitno (2007) mengelompokkan tumbuhan mangrove menjadi lima, yaitu:
1.Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang naik: pada umumnya tidak ada spesies dapat hidup pada kondisi seperti ini, kecuali Rhizophora mucronata.
2.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang medium: spesies yang banyak hidup di sini adalah dari genera Avicennia, yaitu Avicennia alba, A. marine, A. intermedia, dan Sonneratia griffithi, serta spesies Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
3.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan pada pasang naik normal: umumnya tumbuhan mangrove dapat hidup di daerah ini. Namun yang paling dominan adalah spesies dari genera Rizhopora.
4.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan hanya pada pasang-naik tertinggi (spring-tide): cocok untuk spesies Bruguiera gymnorhiza dan B. cylindricat.
5.Spesies tumbuhan yang hanya tumbuh di daerah genangan pada pasang naik lainnya (kadang-kadang digenangi oleh pasang tertinggi): Bruguira gymnorhiza dominan, akan tetapi Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatus dapat tahan di daerah ini.
Menurut Ghufron (2008), hutan mangrove terdapat lima zona berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu:
1.Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Avicennia dan Sonneratia.
2.Hutan pada substrat yang sedikit lebih tinggi yang biasanya dikuasai oleh Bruguiera cylindrica.
3.Ke arah daratan lagi hutan dikuasai olah Rhizophora mucronata dan R. apiculata.
4.Hutan yang dikuasai oleh Bruguiera parviflora kadang-kadang dijumpai tanpa jenis pohon lainnya.
5.Hutan mangrove terakhir dikuasai oleh Bruguiera gymnorrhiza.
2.1.3 Estuaria
a. Pengertian Zona Estuaria
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, dan sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuariaa merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang-surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. (Anonymousc, 2009)
Estuaria adalah daerah litoral yang agak tertutup (teluk di pantai), tempat sungai bermuara dan air tawar dari sungai bercampur dengan air asin dari laut. Biasanya berkaitan dengan pertemuan perairan sungai dengan perairan laut. (Anonymousd, 2009).
b. Biota Pada Zona Estuaria
Menurut Nybakken (1988), genera diatom yang dominan termasuk Skeletonema, Asterionella, Chaetoresos, Nitzchia, Thallassionema, dan Melosira. Genera Dinoflagellata yang melimpah termasuk Gymnodinium, Gonyaulax, Peridinium, dan Ceratium. Zooplankton estuaria yang khas meliputi spesies dari genera Copepoda eurytemora, Acartia, Pseudodiaptomus, dan Centropages; misid tertentu misalnya spesies dari genera Neomysis praunus dan Mesopodopsis dan amfipoda tertentu misalnya spesies dari Gammarus.
2.3.2 Suhu
Menurut Bayard (1983), suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggangkan jangka suhu yang nisbi. Luas diistilahkan sebagai ueritermal, yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya daripada yang lain.
Menurut Romimontarto (2001), pada permukaan laut air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100 oC dan suhu terendah 0 oC. Karena adanya pengaruh salinitas dan densitas, maka air laut dapat tetap cair pada suhu dibawah 0 oC. Suhu alami air laut berkisar antara suhu dibawah 0 oC tersebut sampai 33 oC. Di permukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9 oC. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar