Kamis, 29 April 2010

oceanografi

LAPORAN OCEANOGRAFI

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto,2001).
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat,1985).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu merupakansalah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard,1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi,1986).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi organisme perairan karena berpengaruh terhadap laju metabolisme dan pertumbuhan. Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol (controlling factor) yaitu pengendali kecepatan reaksi kimia didalam tubuh termasuk prosses metabolisme. Foresberg dan summerfelt (1998) menyatakan bahwa meningkatkannya suhu akan mempercepat kelangsungan proses metabolisme (Widiyati, 2005).

2.2.2 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi,1986).
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi secara alami. Menurut Nybakken (1992),fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan (Anonymous a,2009).

2.2.3 Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut,khususnya diwilayah pantai. Pasang surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan. Bumi berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan karena berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken,1988).


2.2.4 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat,1985).
Secara ekologis gelombang paling penting dimintakan pasang surut dibagian yang agak dalam pengaruhnya menggurang sampai kedasar,dan diperaiaran oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang (Anonymous b, 2009).

2.2.5 Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan luasnya jaringan. Jaringan jasad hidup yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat menghasilkan pengkikisan. Diperairan dengan dasar Lumpur arus dapat mengaduk endapan Lumpur-lumpuran sehinga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari dan karenanya mengurangi aktivitas fotosistesis.manfaat dari arus bagu banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembunggan kotoran-kotoranya (anonymous c, 2009).

2.2.6. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2009).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken, 1988).

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).
pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air. Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air (Anonymous c, 2009).
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).

2.3.2 Salinitas
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah salinitas. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00) dan simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan sampai bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida yang hilang. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas, dengan rumus :
S 0/00 = 0,03 + 1,805 CI 0/00 (Romimohtarto, 2001).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, sebagai berikut :
1.) Pola sirkulasi air
2.) Penguapan
3.) Curah hujan
4.) Arah aliran sungai (Nontji, 1986)

2.3.3. DO
DO (Disolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous c , 2009).
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobic hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous b, 2009).
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang penting bagi kehidupan. Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikrorganisme. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan. Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya senyawa atau unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota diperairan adalah mencapai antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter (Supriyadi, 2002).



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto,2001).
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat,1985).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu merupakansalah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard,1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi,1986).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi organisme perairan karena berpengaruh terhadap laju metabolisme dan pertumbuhan. Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol (controlling factor) yaitu pengendali kecepatan reaksi kimia didalam tubuh termasuk prosses metabolisme. Foresberg dan summerfelt (1998) menyatakan bahwa meningkatkannya suhu akan mempercepat kelangsungan proses metabolisme (Widiyati, 2005).

2.2.2 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi,1986).
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi secara alami. Menurut Nybakken (1992),fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan (Anonymous a,2009).

2.2.3 Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut,khususnya diwilayah pantai. Pasang surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan. Bumi berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan karena berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken,1988).


2.2.4 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat,1985).
Secara ekologis gelombang paling penting dimintakan pasang surut dibagian yang agak dalam pengaruhnya menggurang sampai kedasar,dan diperaiaran oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang (Anonymous b, 2009).

2.2.5 Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan luasnya jaringan. Jaringan jasad hidup yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat menghasilkan pengkikisan. Diperairan dengan dasar Lumpur arus dapat mengaduk endapan Lumpur-lumpuran sehinga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari dan karenanya mengurangi aktivitas fotosistesis.manfaat dari arus bagu banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembunggan kotoran-kotoranya (anonymous c, 2009).

2.2.6. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2009).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken, 1988).

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).
pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air. Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air (Anonymous c, 2009).
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).

2.3.2 Salinitas
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah salinitas. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00) dan simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan sampai bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida yang hilang. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas, dengan rumus :
S 0/00 = 0,03 + 1,805 CI 0/00 (Romimohtarto, 2001).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, sebagai berikut :
1.) Pola sirkulasi air
2.) Penguapan
3.) Curah hujan
4.) Arah aliran sungai (Nontji, 1986)

2.3.3. DO
DO (Disolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous c , 2009).
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobic hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous b, 2009).
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang penting bagi kehidupan. Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikrorganisme. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan. Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya senyawa atau unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota diperairan adalah mencapai antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter (Supriyadi, 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar