Kamis, 23 Desember 2010

sistem manajemen budidaya perairan

Sistem Manajemen Air Budidaya
Budidaya perairan sepenuhnya dilakukan di dalam air,baik dengan menampung air pada suatu wadah,seperti kolam,tambak,akuarium,dan bak maupun menempatkan wadah didalam badan air (waduk ,danau,s ungai,laut dan saluran irigasi).misalnya,penempatan kerangka dan sangkar di sungai dan di saluran di saluran irigasi KJA di waduk,danau,atau di laut.pemanfaatan air pada cara pertama adalah dimana air berada pada kendali atau control sepenuhnya oleh si pembudidaya,terutama menyangkut kualitas air untuk memenuhi kebutuhan biota atau organisme budidaya(Ghufran dan Kordi 2008).
Menurut Tarumingkeng dan Zahrial (2001),beberapa kegiatan untuk mengelola budidaya dengan metode ramah lingkungan dapat dilakukan melalui:
1. Sistem resirkulasi tertutup yang bertujuan agar metabolit dan bahan toksik tidak mencemari lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem filter sebagai berikut:
a. Sistem filter biologi dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri nitrifikasi, alga, atau tanaman air untuk memanfaatkan amonia atau senyawa organik lainnya.
b. Sistem penyaringan non-biologi, dapat dilakukan dengan cara fisika dan kimia terhadap polutan yang sama.
2. Pemanfaatan mangrove untuk menurunkan kadar limbah budidaya udang, merupakan suatu cara bioremediasi dalam budidaya udang sistem tertutup .
3. Penggunaan bakteri biokontrol atau probiotik untuk mengurangi penggunaan antibiotik sehingga pencemaran di perairan dapat dikurangi .
4. Dengan cara transgenik, yaitu menggunakan gene cecropin yang diisolasi dari ulat sutera Bombyx mori. Udang transgenik yang mengandung rekombinan cecropin akan mempunyai aktivitas litik tinggi terhadap bakteri patogen pada udang .

Rabu, 20 Oktober 2010

NAMA SPESIES Kerang Kipas (Amusium sp)

NAMA SPESIES
Kerang Kipas (Amusium sp)
Gambar Dorsal :








Klasifikasi :
Phylum : Mollusca
Sub Phylum : Eutrochozoa
Klas : Bivolvia
Sub Klas : Metabranchia
Ordo : Pteriomorpha
Sub Ordo : Filibranchia
Family : Peetinidae
Genus : Amusium
Spesies : Amusium sp



Sumber : www.zipcodezoo.com

Ciri-ciri utama :
1. Tubuhnya mengandung zat kapur
2. Tubuhnya terdiri atas bagian anterior, posterior, dorsal, dan ventral.
3. Shell tersusun atas tiga lapisan yaitu peilostracum (luar), prismatic (tengah) nakse 9dalam).
4. Otot-otot terlindung oleh kerangka luar yang berupa kulit keras.
5. Mantel tersusun dari sel induk mutiara yang mengadakansekresi.

Sumber : Epithelium bercilia.

Wijarni, 1984.

Habitat : Banyak ditemukan di air tawar, laut pada perairan dangkal maupun dalam.
Sumber : Wijarni dan Arfiati (1984).
Sistem Pencernaan : Adapun sistem pencernaannya adalah dari mulut oeshopagus perut kemudian menuju anus (saluran excurent).

Sumber : Dani, 2004.
Sistem Reproduksi : Bernafas dengan menggunakan sepasang insang, jika insangnya terdiri dari 2 pasang maka akan melipat, cara makannya bersifat ciliary reeder, yaittu tanpa radula yang memakan plankton dan butir-butir kecil yang lain.

Sumber : Dani, 2004.
Sistem Reproduksi : Diesious (unisex), terdiri dari dua gonad yang berbentuk banya percabangan yang dilanjutkan pada sebuah ductus atau posus genetalia.
- Kebanyakaan bivalve diocious, kedua gonad menyelubungi usus dan saling berdekatan sehingga keadaan pasangan sulit diketahui saluran gonad sederhana karena tidak ada kopulasi. (Wijarni, 1990).

Sumber : Wijarni dan Afriati (1984).
Sistem Ekskresi : Dengan sepasang nephrridia.
* Dua Nephridia bivalve terletak di bawah rongga jantung atau agak posterior dan terlipat membentuk huruf U, salah satu dari kaki U berupa kelenjar dan terbuka didalam rongga jantung bagian interior, kaki yang lainnya membentuk kantong dan melalui nephri dia di depan rongga supabrandaial. (Wijarni, 1990).

Sumber : (Wijarni dan Arfiati, 1984).
Lain-lain : Sistem syaraf relatif sederhana dan bilateral terdapat 8 pasang ganglia dan 2 pasang panjang.

Sumber : Wijarni, 1990.

Minggu, 17 Oktober 2010

kualitas air

Parameter kualitas Air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton

Prameter kualitas Air
• Parameter fisika
1) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebaran jasad-jasad renik. Jasad yang mempertenggang jasad suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai burithermol yang terbatas kepada jangka suhu yang lebih sempit stenothermal (MC Connoughgy dan Zottoli, 1983).
Proses penyerapan cahaya matahari berlangsung secara intensif pada bagian atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya stratifikasi pada kolomair seperti yang ditunjukkan dalam gambar.






Epilimnion merupakan lapisan yang penurunan suhunya relatif kecil hampir konstan. (effendi, 2003).

2) Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan sechidisk. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dalam satu meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersusponsi, serta oleh ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (effendi, 2003)
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel liat, lumpur atau lainnya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahan dan habitat berbagai organisme (wirawan, 1992).
• Parameter kimia
1) Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air, walaupun oksigen (O2) sulit larut tapi dibutuhkan oleh semua jenis kehidupan di air. Tanpa adanya oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan binatang diperairan (Sutrisno, 2004)
Perairan dengan O2 tinggi, keragaman organisme biasanya tinggi. Jika O2 menurun, hanya organisme yang toleran saja yang dapat hidup di tempat tersebut. Variasi harian O2 demu oligatroph biasanya rendah, sebaliknya danau eutroph tinggi (Arfiati, 2001).
2) Karbondioksida
Karbondioksida merupakan gas yang sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Sumber CO2 dalam air adalah difusi dari udara. Proses dekomposisi bahan organik. Air hujan dan air bawah tanah maupun hasil repirasi organisme. Sifat-sifat gas CO2 menurut Arfiati (2001) adalah:
1. Thermodinamikanya stabil dan tidak mudah teroksidasi
2. Mudah terdifusi dari dan ke atmosfer
3. Kelarutannya dalam air cukup tinggi


Menurut Arfiati (2001), karbondioksida dalam air dapat dijumpai dalam empat bentuk yaitu:
1. CO2 gas yang bebas
2. Asam Karbonat HCO3
3. Bikarbonat HCO3
4. Karbonat CO32












Gambar 1. Siklus Co2 (Effendi, 2003)
3) PH
PH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan yang dimaksud “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelaruta air Indikator asam bisa dapat menggunakan kertas lakmus atau dengan PH meter (Anonymous, 2008).
Menurut Sutrisno (2004), konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan dinyatakan dengan PH organisme sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan ion hidrogen yang ada dalam perairan.
Skala PH merupakan suatu skala logaritma negatif, yang berarti bahwa untuk setiap penurunan 1 unit PH terjadi peningkatan konsentrasi ion hidrogen 10 kali lipat. Netralistas dalam skala PH merupakan titik keseimbangan Jumlah Ion hidrogen (H+) dan hidroksir (OH-) yang ada.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
a Fitoplankton
1. Fisika
A. Suhu
Suhu yang optimal untuk budidaya fitoplankton berkisar antara 20 – 24 °C walaupun hal ini dapat bervariasi dengan komposisi media budaya, spesies dan strain yang dibudidaya. Umumnya spesies yang dibudidayakan dari mikroalga toleran terhadap suhu 16 – 27 °C. Suhu dibawah16 °C dapat menghambat pertumbuhan, sedangkan suhu 35°C adalah mematikan untuk beberapa spesies (Ekawati, 2005).
Pengaruh tidak langsung temperatur terhaap phytoplankton dapat dilihat dari stratifikasi thermal dari massa air di danau atau laut. Stratifikasi kolam air bagian atas yang panas (epilimnion) terpisah dari hypolimnion yang dingin oleh suatu lapisan tipis yang disebut matairmnion. Jika hal ini benar-benar terjadi, siklus tahunan phytoplankton mengalami variasi yang khas (Herawati, 1989)
B. Kecerahan
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laur dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (romimohtarto dan Juwana, 2001).
Adanya sinar matahari sebagai energi matahari dapat menggambarkan tentang prosedur primer. Menurut herawati (1989), ada 4 aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan energi radiasi antara lain:
a. Cara Phytoplankton dalam memanfaatkan energi radiasi.
b. Intensitas dari sinar matahari
c. Perubahan cahaya setelah memasuki bagian air dari udara.
d. Proses dengan menurunnya kedalam terhadap penetrasi cahaya dan pembiasan.
Parameter Kimia
A. pH
Kisaran pH untuk budidaya alga antara 7 – 9 dengan kisaran yang optimal 8,2 – 8,7 kegagalan dalam budidaya alga dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan PH media budidaya. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan agrasi (Ekawati, 2005).
B. DO
Oksigen terlarut rendah dapat diperkecil melalui pengaturan pemberian pakan, kelebihan pemberian pakan biasanya di ikuti dengan proses pembusukan yang memanfaatkan oksigen dan air dan hasil akhirnya berupa bahan anorganik yang merupakan pupuk bagi fitoplankton. Di Perairan tawar, kadar O2 terlarut berkisar antara 15mg/l pada suhu °C dan 8 mg/l pada suhu 25 °C (Sulmin, 2008).
C. CO2
Dalam budidaya dengan kepadatan tinggi CO2 dari udara (mengandung 0,03 % CO2 merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan algae, maka perlu dibantu dengan adanya agrasi (Ekawati, 2005).
Karbondioksida sangat dibutuhkan fito plankton dalam melakukan fotosintesis. Kadar karbondioksida diperairan dapat mengalami pengurangan bahkan hilang akibat proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasrasi, perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar O2¬ bebas sebesar < 5 mg/l (Effendi, 2003).

3. Biologi
a. Kompetisi
Organisme akan mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi interspesifik dalam memanfaatkan sumber energi maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan, kelimpahan phytoplankton adalah lebih sedikit dalam kolam dengan 10 dan 25% dibanding dengan kolam 8 dan 5% menutupi kolam. Kompetisi sejenis bunga bakung air dengan phyutoplankton yang berhubungan dengan macrophytes lain untuk mengurangi potensi phytoplankton dalam kolam (Musa dan Yanuhar, 2006).
b. Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius pada budidaya mikroalga monospesiik atau axenix (Ekawati, 2005).
Fitoplankton setelah kematian akan dimangsa oleh zooplankton dan didegradasi oleh mikroba. Penjebakan sedimen organik dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen dalam kolam air. Partikel sendimen dalam kolam air hanya partikulat berdiameter > 50 n. Dan pellet tahi zooplankton yang dapat tersedimentasi. Predasi fitoplangkton oleh zooplankton sangt berperan dalam menentukan bentuk sedimentasi pada lingkungan masing-masing. Selanjutnya akan di mangsa oleh zooplankton dan mengalami hidrolisa dalam metabolisme zooplankton faefotbida (Burhan, 2007).
2.1.2 Zooplankton
1. Fisika
a) Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung dari type morfologinya. Small type dan large type berbeda dalam kebutuhannya terhadap suhu optimal. Untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15 – 25 °C. pada umumnya peningkatan suhu di dalam batas-batas yang optimal biasanya mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekowati, 2005).
b) Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat, lumpur atau lainnya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahanya dan habitat berbagai organisme (Wirawan, 1992).
Menurut subarijanti (2005) kekeruhan periaran dikarenakan plankton dengan nilai daya cerah 30 – 40 cm justru diperlukan. Pada kondisi ini terjadi penurunan indeks diversitas. Hal ini di duga karena terjadinya interaksi antara tekanan faktor eksternal yang semakin kuat dan kemampuan sebagai adaptasi berbagai organisme zooplankton tersebut yang semakin menurun, sehingga pengaruh terhadap zooplankton yang hidupnya diperairan juga berkurang faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah faktor kekeruhan suatu perairan (Anonymausi, 2009).
c) Subtrat
Menurut subarijanti (2005), zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organik karena sebagai makanannya.
Ekosistem padang lamun berfungsi sebagai penyuplai energi baik pada zonabenthic. Maupun pelagis. Detritus daun lamun yang tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad renik, sehingga dihasilkan bahan organik. Baik yang tersuspensi maupun yang terlarut dalam bentuk nutrient. Nutrient tersebut tidak hanya dimanfaatkan bagi tumbuhan lamun, tetapi juga bermanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton (Anonymous, 2009).
2. Kimia
a) PH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organik. Zooplankton di lingkungan alami hidup pada PH > 6,6 sedangkan pada kondisi budidaya yang optimal hidup pada kondisi PH 6 – 8 (Ekawati, 2005).
PH merupakan salah satu bagian dari faktor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya kelimpahan zooplankton disuatu perairan. Adapun PH optimum yang baik untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton di suatu perairan alami adalah pada PH 6, - 8,6 (www.research.ui.ac.id.2008).
b) Rotifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup dalam air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2 mg/l. tingkat oksigen terlarut dalam air budidaya tergantung pada suhu, salinitas, kepadatan, dan jenis makanan yang digunakan (Ekawati, 2005).
3. Biologi
a) Kompetisi
Organisme akan mengandakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi interspesifik dalam memanfaatkan sumber energi maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan (Nausa dan Yanuhar, 2006).
b) Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius pada mikroalga monospesifik /axenix (Ekawati, 2005).
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Seperti adanya zooplankton sebagai predator yang memangsa fitoplankton yang ada di perairan (Praweda, 2008).

Kamis, 14 Oktober 2010

Haliclona Oculata

NAMA SPESIES
Haliclona Oculata
Gambar Dorsal








Klasifikasi : Animalia
Phylum : Porifera
Sub Phylum : Cellutaria
Klas : Demospongiae
Sub Klas : Ceructinomorpha
Ordo : Haploscerido
Sub Ordo : Haplosclerina
Family : Chalinidae
Genus : Haliclona
Spesies : Haliclona Oculata



Sumber : www.Zipcodezoo.com
Gambar Literatur




Gambar Literatur










Sumber : http://holicluna.picture.htm
Keterangan Gambar :
1. Substrat
2. Ositia
3. Osculum
4. Hydron
5. Spongocoel

Ciri-ciri Utama :
1. Skeleton dari bahan silikat atau sponging atau dari kedua-duanya.
2. Sistem salurannya kompleks (tipe leucon).
3. Merupakan kelas yang paling besar jumlahnya, juga dalam distribusinya di banding dengan kelas-kelas lainnya.
4. Spikula sedikit berujurng 1-4 atau serabut sponging, juga telaah ditemukan spikula dari kapur.
5. Bentuk tubuh sangat variabel, dan tumbuhnya tidak teratur. Kadang-kadang mengeras.
Sumber : Suhardi, 2007. Evolusi Avertebrata, penerbit Ui : Jakarta

Habitat : Kebanyakan Terjadi Di Semua Habitat Di Semua Kedalaman.
- Infralittoral Sekitar 328 Ft (100), Di Pantai Dengan Darat Berbatu-Batu Atau Berpasir.
- Benthic

Sumber : file:///E:/hilocluna.htm

www.marinespecies.eulaphia

Sistem Pencernaan : Makanan masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori makanan bersama aliran air bisa disebabkan oleh aktivitas flagellum, melalui sistem canal, dan sampailan pada choanocyte. Makanan tersebut ditampung oleh choanocyte (yang di dalamnya berbentuk corong) dan kemudian di cernakan oleh choangcyte, makanan yang sudah dicerna kemudian di transfer ke seluruh tubuh oleh sel amoebacyte ini.

Sumber : http://purwanto216b.profera

Sistem Respirasi : Cara pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 juga melalui sistem canal secara diffusi.

Sumber : http://giimedical.blogspot.com/2009

Sistem Reprroduksi : Beberapa demosponges adalah hemaprodit. Reproduksinya vivipar, ovipar. Atau aseksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara bertunas, fragmentasi, atau produksi tahan tubuh bulat disebut gemmulae. Larva demosponge sebagian atau sepenuhnya berbulu mata, biasanya blastulanya memanjang (berongga larva) atau perenchymellae (padat larva) sekita 300mm lamanya larva berenang atau merangkak di sekitar selama beberapa jam, setelah itu mereka menetap di substrat dan bermetamorrfosis menjadi spons dewasa.

Sumber : file:///E:/holicluna.htm

Sistem Ekskresi : Sisa metabolisme dikeluarkan melalui sistem canal yang akhirnya di buang melalui osculum.

Sumber : http://giimeddical.blogspot.com/2009

Lain-lain : Berdasarkan fosil porifera yang ditemukan menunjukkan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang pertama kali muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan yang berkembang dari sponsa.

Sumber : http://giimedical.blogspot.com/2009







Sumber : http://holicluna.picture.htm
Keterangan Gambar :
1. Substrat
2. Ositia
3. Osculum
4. Hydron
5. Spongocoel

Cherax Quadricariantus (Lobster Air Tawar)

NAMA SPESIES
Cherax Quadricariantus (Lobster Air Tawar)
Gambar Dorsal





Klasifikasi :
Phylum : Arthropoda
Sub Phylum : Crustocea
Klas : Malacostraca
Sub Klas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Pleoyemata
Family : Parasticider
Genus : Cherox
Spesies : Cherox Quadricarinatus.









Sumber : http://en.wikipedia.org

Gambar Literatur

Sumber :
http://www.garfishindo.com Keterangan Gambar
1. Antena
2. Antenulia
3. Restrum
4. Capit
5. Kaki jalan
6. Veditrar
7. Uropod
8. Segmen
9. Telson
10. Abdomen
11. Carapace

Ciri-ciri Utama :
1. Tubuh dibagi menjadi 2 bagian yaitu kepala (chepalathorax) dan badan (abdoman).
2. Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba.
3. Enam ruas badan (abdomen) agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.
4. Mempunyai empat pasang kaki untuk berjalan.
5. Restrumnya yang hampir berbentuk segitiga memipih, lebar dan terdapat duri.
Sumber :
http://cianjurlat.blogspot.com
Habitat : Habitat alam lobster air tawar adalah danau, rawa, atau sungai yang berlokasi di daerah pegunungan. Di samping itu, diketahui pula bahwa lobster air tawar bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu (native).

Sumber : www.e-dukasi.net

Sistem Pencernaan : Lobster air tawar memiliki gigi-gigi halus yang terletak dipermukaan mulut, sehingga cara memakan pakannya sedikit demi sedikit. Alat pencernaan berupa mulut terletak pada anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak dibagian psterior, hewan ini mempunyai kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala –dada di kedua sisi abdomen.

Sumber : www.e-dukasi.net

Sistem Respirasi : Pada umumnya crustocea bernafas dengan insang, kecuali crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya.

Sumber : www.e-dukasi.net

Sistem Reproduksi : Prilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah aktivitasnya saat perkawinan hingga muncul jeventi. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikut : mencari pasangan, melakukan pertumbuhan antara pasangan. Melakukan perkawinan, induk betina mengerami telur, induk betina mengasuh benih hingga waktu tertentu. Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa crustacea rendah, alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (diluar tubuh).

Sumber : www.e-dukasi.net

Sistem Eksternal : Alat ekskresi berupa coxal atau kelenjar hijau, saluran malpighi.

Sumber : www.e-dukasi.net

Lain-lain : Lobster air tawar aktif mencari pakan pada malam hari (conturnal) pakan lobster air tawar biasanya berupa biji-bijian, ubi-ubian, dan bangkai hewan. Cara memakan pakan menggunakan tahapan kerja antara panjang mendeteksi bahan pakan terlebih dahulu.

Sumber : www.e-dukasi.net

Pengertian dan jenis Fototaksis

Fototaksis adalah gerakan-gerakan jasad hidup yang merupakan respon terhadap cahaya. Gerakan ini dapat menjauhi cahaya (fotosintesis negative) mendekati cahaya (fototaksis negative) atau tidak bereaksi (fototaksis netral).
(Afrianto, dkk., 1996).
Ikan mungkin bersifat fototaksis negative atau positif, fototaktik berarti menanggapi cahaya kebanyakan ikan komersial bersifat fototaksis positif dan hal itu digunakan olehnelayan untuk menangkap ikan diwaktu malam dengan menggunakan lampu. Intensitas cahaya untuk gerakan fototaktik itu berbeda-beda menurut spesiesnya, ikan-ikan laut yang bersifat fototaksis negative adalah antara lain ikan Code (Merluceus merluceus) inggris (maiva malma) (Broto Wijoyo, 1999).

1.2 Pewarnaan Tubuh Ikan
Ikan-ikan yang hidup diperairan bebas seperti tenggiri (Komberromorus commerseni), dan lain-lain mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampai warna kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada bagian punggungnnya. Ikan yang hidup di daerah dasar. Bagian dasar perutnya berwarna coklat dibagian punggungnya berwarna gelap. Warna tubuh yang cemerlang dan cantik umumnya dimiliki oleh ikan-ikan yang tinggal disekitar karang,misalnya oleh ikan-ikan yang termasuk dalam Apogonidae. Umumnya ikan laut yang hidup dilapisan atas berwarna keperak-perakan, dibagian tengah kemerah-merahan dibagian bawah (dasar) ungu atau hitam (Rahardjo, 1989).
Ikan-ikan yang hidup diperairan bebas mempunyai warna yang sederhana. Warnanya bertingkat dari keputih-putihan sampai kehijau-hijauan. Ikan yang hidup didasar perairan bagian perutnya berwarna pucat dan bagian punggungnya berwarna gelap. Pewarnaan ikan laut menurut kedalamannya dapat digolongkan menjadi tiga bagian. Ikan yang hidup diatas atau dekat permukaan, berwarna keperak-perakan, yang hidup di daerah pertengahan berwarna kemerah-merahan, sedangkan yang hidup di perairan dalam berwarna violet atau hitam. Warna-warna ikan yang tersebut diatas disebabkan oleh:
1. Schomohrome, warna oleh konfigurasi fisis.
2. Ploochromo, pigmen pembawa warna (Efendi, 1972).

1.3 Cone dan Pod pada Ikan dan Udang
Setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar; segmen dalam yang mengandung inti-inti reseptor dan daerah sinaps. Segmen luar adalah modifikasi silla dan merupakan tumpukan teratur siklus atas lempeng dari membrane sakulus dan lempeng ini mengandung senyawa-senyawa peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya dan mampu membangkitkan potensial aksi di jarak penglihatan. Segmen dalam mengandung banyak mitokondria sel batang diberi nama demikian karena segmen luarnya tampak tipis dan seperti batang. Sel kerucut umumnya memiliki segmen dalam yang tebal dan segmen luar seperti kerucut, walaupun bentuknya bervariasi dari satu bagian retina kebagian lainnya. Pada sel kerucut, siklus terbentuk disegmen luar akibat lipatan-lipatan kedalam dari membrane sel, tetapi pada sel batang lempeng terpisah dari membrane sel (Ganung, 2003)
Susunan mata crustacean terdiri dari sekumpulan struktur berbentuk radial. Setiap omennanodhum terdiri atas lensa konveks transparan. Kemudian karena tertutup sel yang terletak diantaranya dibawah karena terdapat cone yang menkristal. Dibawah crystalline cone terdapat tubuh refraksis. Khabdome yang dikelilingi sel. Dennulae yang terbentuk atas retinula dan kemudian dilanjutkan jaringan syaraf pada mata keoptik ganglion. Pada hemandunan. Cones merupakan 2 gragat dalam fangu centralis dibalik lapisan rod dan cone dilapisi atau dipenuhi pigmen epithelium. Sel ini memproses dan mengelilingi seluruh cellusual ketika menerima cahaya terang dari sini perlu dicatat bahwa beberapa hanya memiliki rod saja dan lainnya hanya memiliki cone (tetsud) dan banyak yang memiliki keduanya (ragman) (Scheer, 1984).

1.4 Pengaruh Cahaya Terhadap Pergerakan Ikan
Cahaya berpengaruh besar dalam orientasi migrasi ikan. Arah migrasi ikan secara muda dapat berhubungan dengan siklus diurnal dan cahaya matahari. Contoh: ikan salmon berenan diwaktu siang hari dan istirahat didasar lautan pada malam hari. Sedang belut laut keluar dari dasar laut diwaktu sore hari dan malam hari, kemudian memasuki dasar lautan lagi disiang hari (Brotowijaya, 1999).
Menurut Rahardjo (1989), cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan minosens yang umumnya berwarna biru atau biru kehijauan terdapat 2 sumber cahaya yang dikeluarkan oleh keduanya terdapat pada kulit, yaitu cahaya yang dikeluarkna oleh dan keduanya terdapat pada kulit.

1.5 Klasifikasi Warna
Menurut Effendie (1972), contoh pewarnaan schomachrome adaah warna-warna yang terdapat pada rangka vesion natatoria (gelembung renang). Sisik dan tes-tes. Jadi warna ini bukan disebabkan oleh butiran pigmen. Warna schomochrome yang lain yang berwarna biru dan violet terdapat pada iris mata yang termasuk kedalam biochrone ialah:
- Carotenold: berwarna kuning sampai cokelat.
- Indigoid: berwarna biru, merah dan hijau.
- Melanin: kebanyakan berwarna merah dan coklat.
- Perphynin (pigmen empedu): berwarna merah, kuning, hijau, dan biru.
- Flauins: berwarna kuning tetapi sering dengan kiko rosensi hidup.
- Purine: berwarna putih atau keperak-perakan.
- Ptarine: berwarna putih, kuning, merah dan orange.
Pewarnaan pada ikan terutama disebabkan oleh pigmen kulit, latar belakang dari warna tentu saja disebabkan oleh kandungan dasar, cairan tubuh dan sering oleh kandungan isi perut. Tidak adanya pigmen menghasilkan cirri transparan. Hal ini sering dijumpai pada beberapa jenis ikan pelagic. Warna ikan tersebut disebabkan oleh skema krome (karena konfigurasi sisik) dan diakrome (pigmen pembawa warna) (Rahardjo, 1989).

1.6 Proses Pewarnaan Tubuh Ikan
Menurut Effendie (1972), sel-sel yang khusus member warna ikan ada 2 macam yaitu indocyte dan chomatophere. Indocyte dinamakan juga sel kaca karena mengandung material yang dapat merefleksikan warna. Warna diluar tubuh ikan pada umumnya untuk satu warna. Perubahan warna karena disebabkan menyebar atau mengumpulkannya butir-butir pigmen. Stimulus itu mengadakan perubahan warna. Ada yang dimulai dengan melalui matanya atau dengan lainnya misalnya, cahaya ikan yang mendapt cahaya kuning akan berwarna lebih pucat.
Menurut Fujri (1969) dalam Rustidja (1994), seringkali tanah mengandung pigmen tidak hanya uniseluler chromatophora tetapi kombinasi dari beberapa sel. Hal ini menunjukkan chromatophone menurut balker (1948) dalam Fujii (1969), pada umumnya sebagian besar terbentuknya chromatosome barangkali adalah melanin desome, sebuah gabungan dari melanophere dan irialophore. Melanin pigmen-pigmen coklat dan hitam yang banyak ditemukan dalam spesies ikan adalah melanin merupakan rangkaian dari polymerisasi yang berasal dari tirosin ke 3, 4. Dihidrophonyl alanine (Dopa) Depaguinune kemudian berpolimerasi bertalin dengan sebuah protein sintesa melanin mengambil tempat dalam melanophore yang masak.

pencernaan ikan

1.1 Definisi Pencernaan Pada Ikan
Makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan kebanyakan masih banyak dalam bentuk molekul yang berukuran besar, sehingga tidak dapat diserap oleh dinding usus (Dharmawan, 2009).
Menurut Lagler dkk (1962), Fungsi dari sistem pencernaan tertentu.adalah untuk melarutkan makanan dengan membuat larut sehingga mereka dapat diserap dan dimanfaatkan dalam proses metabolisme ikan. Sistem ini juga dapat berfungsi untuk menghilangkan beracun dan berbahaya propertis zat makanan

1.2 Pengertian kemampuan daya cerna ikan pada makanan
Menurut maynard (1970) dalam Haetami (2002) ,kapasitas kapasitas lambung dan laju pakan dalam saluran cerna merupakan variable dari daya cerna. Ikan yang berbuat lebih kecil akan memasukkan sejumlah pakan 1 % bobot tubuh dari dalam lambung lebih cepat dibanding ikan yang berbobot lebih besar. Sehingga jumlah konsumsi pakan relatif (bobot tubuh/hari semakin kecil).
Menurut Tilman A,D dkk (1991) dalam Harjono (2004),secara definisi daya cerna (digestibility adalah bagian zat makanan yang tidak disekresikan dalam feses.biasanya hal ini dinyatakan dengan presentase disebut koefisien cerna.





1.3 Pengertian Gastric Evacuation Time (GET)
Menurut Sevendson dan anthony (1984). Pengosongan makanan dari lambung setela makan di mulai segera setelah cukup cairan melewati Pilarus. Sekali dimulai pengosongan tergantung pada bahan diodrum. Baik volume dorkem posisi kimia isi deroderm penting dalam menghambat pengosongan lambung.
Menurut Windell (1978) dalam haetami, dkk (2007). Laju pengosongan lambung dapat di deskripsikan sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melewati saluran pencernaan persatuan waktu tertentu yang dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit.

1.4 Organ Pencernaan dan Fungsinya
Menurut Rahardjo (1989), saluran pencernaan makanan secara berturut dari awal makanan masuk ke mulut dapat di kemungkinkan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, faring, osopagus, lambung, pilarus, lisus dan anus. Mulut type Supperior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk menangkap mangsa yang ada diatasnya. Faring terletak antara rongga mulut bagian belakang dan insang. Sebagai contoh pada ikan Labridae gigi faring ini berbentuk molar yang berfungsi mencabik makanan. Esopagus merupakan salular yang pendek dengan penampung bulat. Esopagus ikan sangat elastis sehingga mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Hal ini tampak jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relatif besar ukurannya. Fungsi utama lambung adalah sebagai penerimaan, diantara lambung dan anus terdapat Pilarik, bagian ini merupakan penjepit ion yang melingkar. Pilarik berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke usus.
Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya getah empedu dari hasil getah empedu itu sebagian dibuat dari sel-sel darah merah tersebut adalah untuk memperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi, sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh anus (Mudjiman, 1984)

1.5 Proses Pencernaan (Karbohidrat, Protein dan Lemak)
Setelah makanan di caplok, untuk menelannya diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selain sebagai plicin, air liur juga mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi maltose, yang kemudia dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak mengunyah makanan, padahal pemecah karbohidrat bekerja aktif setelah makanan sampai di cembung. Selain penyangga derajat keasaman yang berguna untuk mencegah terjadinya penurunan PH agar proses pencernaannya dapat berjalan normal (Mudjiman, 2001)
Apabila makanan telah masuk kedalam saluran pencernaan maka dinding saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan Hormon Gastrin. Hormon ini akan memacu pengetaran asam klorida dan Pepsinogen. HCL akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan yang aktif yaitu sebagai pemecah protein menjadi Popton (Polipeptida) apabila makanannya banyak mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon enterogastran (Mudjiman, 2001)
Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya hormon Kasistokinin. Hormon ini akan memacu keluarnya getah empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang lebih rusak didalam hati. Pengeluaran getaj empedu tersebut melalui pembulu hepatikus yang kemudian di tampung di dalam kantung empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah untuk memperluas butiran-butiran lemak menjadi emosi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus (Mudjiman, 2001)
Di dalam tubuh, protein dicerna atau dihidrolisis untuk membebaskan asam amino agar dapat diserap dan di distribusikan oleh darah ke seluruh organ dan jaringan tubuh. Asam amino merupakan proses dari penembakan protein proses perubahan protein menjadi asam amino berlangsung di dalam saluran pencernaan. Terutama usus halus apabila protein di hidrolisis oleh laruta asam atau alkalin akan dihasilkan 20 jenis asam amino yang berbeda (Affrianto dan Evi, 2005)
Daya cerna lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan lemak. Ikan umumnya lebih mudah mencerna lemak tidak jenuh sehingga lemak jenuh dikatakan mempunyai daya cerna yang rendah bagi ikan, baik oleh Cat Fish di bandingkan dengan minyak jagung yang tidak jenuh yang memiliki kandungan asam lemak Litolerat tinggi (Affrianto dan Evi, 2005)
Proses pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut dan diakhiri di usus halus. Hasil akhir pencernaan karbohidrat dan di edarkan melalui sistem saluran darah keseluruh organ tubuh. Selanjutnya, glukosa di simpan dalam bentuk timbunan glukusa atau glikogen. Apabila herdan dimanfaatkan glukosa akan di metabolisme melalui mekanisme embden-meter menadi glukosa-G Fosfat (Affrianto dan Evi, 2005).

1.6 Poses Pencernaan (Fisika dan Kimia)
Makanan yang berasal dari tumbuhan atau hewan mengandung beberapa zat organik molekulnya berukuran besar misalnya karbohidrat, lemak dan protein. Makanan yang masuk dalam saluran perlu diuraikan molekul yang lebih kecil dengan enzim yang disekresikan dengan enzim kelenjar-kelenjar pencernaan karbohidrat misalnya amilase, sukrosa dan moltase. Lemak di uraikan oleh enzim-enzim Lipase. Protein di cerna oleh enzim-enzim yang tergolong peptidase, popsin dan trisan. Protein diuraikan menjadi asam amino (Darmawan. dkk, 2005)
Menurut Yuwono (2001) berdasarkan perangkat yang digunakan pencernaan pada hewan terjadi secara mekanik dan kimiawi :
1. Pencernaan mekanik menggunakan faring. Misalnya pada ikan untuk menggigit. Beberapa hewan air juga menggunakan gigi untuk menggigit dan mengoyak pakan misalnya pada ikan lele. Struktur kelompok pada hewan air juga digunakan untuk pencernaan mekanik. Telcotel memiliki lambung yang digunakan untuk pencernaan mekanik
2. Pencernaan kimiawi melibatkan enzim sebagai fasilitator untuk mempercepat prosesnya. Dalam kondisi normal reaksi berjalan lambat tetapi dengan hidrolis dan kerja enzim reaksi kimia berjalan lebih cepat.

1.7 Struktur dan Fungsi Saluran Pencernaan
Menurut Rahardjo (1989),saluran pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk ke mulut dapat di kemungkinkan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, faring. Esophagus, lambung, plorus, usus dan anus. Mulut type Supperior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk menangkap mangsa yang ada diatasnya. Faring terletak antara rongga mulut bagian belakang dan insang. Sebagai contoh pada ikan Labridae gigi faring ini berbentuk molar yang berfungsi mencabik makanan. Esopagus merupakan salular yang pendek dengan penampung bulat. Esopagus ikan sangat elastis sehingga mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Hal ini tampak jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relatif besar ukurannya. Fungsi utama lambung adalah sebagai penerimaan dan mengapung makanan serta sebagai tempat pencernaan makanan, diantara lambung dan anus terdapat pilarik. Bagian ini merupakan penjepit ion yang melingkar. Pilarik berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke usus.
Menurut Saputra (2008). Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan, kelenjar-kelenjar yang berhubungan fungsi irgesti dan digesti makanan, absorbsi sari makanan, eliminasi sisa makanan.
1.8 Manfaat Kandungan Pakan Ikan
1.8.1 Alami
Menurut Lesmana dan Iwan (2004), komposisi gizi pakan alami cukup bagus banyak mengandung vitamin maupun mineral sehingga sangat cocok diberikan pada ikan kecil atau larva. Selain itu pakan alami sangat mudah dicerna sehingga cocok untuk larva yang sistem pencernaannya belum sempurna. Contoh pada cacing rambut, kandungan airnya sebanyak 87%, protein 57%, lemak 13,30%, karbohidrat 30,4% derta abu 3,60%.
Peranan pakan alami di kolam sebagai sumber protein bagi ikan sangat tergantung dari produktivitas kolam, kebiasaan makan ikan dan kepadatan ikan di kolam. Peranan pakan alami akan menurun apabila tingkat teknologi budidaya lebih intensif. Mengingat harganya relatif mahal. Penyediaan protein dalam pakan buatan perlu dilakukan dengan pertimbangan ekonomis (Affrianto dan Evi, 2005)

1.8.2 Buatan
Pakan dengan kandungan asam amino yang tidak seimbang dapat menurunkan kemampuan ikan untuk tumbuh karena terjadi amino acidan roganis atau reksisiris, apabila asam amino dikondisikan secara berlebihan, akan menyebabkan peningkatan kebutuhan asam amino lain yang memiliki struktur serupa. Pakan yang mengandung asam amino tertentu secara angsung dan efek negatif tersebut tidak ditambahi dengan asam amino lain (Affrianto dan Evi, 2005)
Untuk pembuatan yang dibuat di pabrik, nilai gizinya dapat di formulasikan sesuai kebutuhan ikan. Untuk ikan kecil pakan buatan digunakan dengan kandungan protein lebih tinggi di banding untuk ikan besar. Pemikiran untuk ukuran pakan buatan di sesuaikan dengan ukuran ikan. Keberadaan pakan buatan dipusaran hingga saat ini sangat beragam karena banyak pabrik yang memproduksinya (Lesmana dan Iwan, 2004)
1.8.3 Makanan Pada Ikan
Makanan di perlukan hewan untuk memenuhi kebutuhan
1. Energi
2. Untuk membangun sel, jaringan dan organ tubuh
3. Bahan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
Makanan yang diperlukan di peroleh dengan cara memakan makanan atau hewan lain. Ada hewan yang memakan tumbuhan saja (herbivora) memakan hewan lain (karnivora), memakan tumbuhan dan hewan lain (omnivora). Ada yang memakan tumbuhan atau hewan yang masih hidup (predator, parasit, parasitord) dan ada yang memakan bagian tubuh tumbuhan atau hewan yang sudah mati (Dharmawan, dkk, 2005)
Menurut Yuwono dan Purnomo (2001). Berdasarkan kandungannya, pakan hewan lain meliputi protein, lemak, karbohidrat, selulosa, vilanin dan mineral. Senyawa-senyawa organik diperoleh melalui pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Anabolisme) dan sebagai sumber energi (Katabolisme). Mineral diperoleh oleh hewan air dari tempat hidupnya. Pada umumnya hewan yang hidup diperairan tawar memiliki kemampuan absobsi ion anorganik yang lebih tinggi daripada hewan air yang hidup di laut.

1.9 Jenis Makanan Pada Ikan
Menurut Yuwono dan Purnomo (2001), berdasarkan tipenya, pakan hewan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Pakan partikel kecil : bakteri, algae – metodenya antara lain menggunakan cilia, menyaring amoeba, radio laria, ciciata, bivalvia, gastropoda, crustecca.
• Pakan partikel besar diperoleh dengan menangkap dan menelan mangsa_ikan karnivora, herbivora dan omnivora
• Pakan partikel organik diperoleh melalui uptake dari perairan sekitarnya, misalnya pada avertebrata kecuali artropada
• Pakan nutrien dari organisme simbiotik, dimana hewan memperoleh pakannya melalui simbiosa, misalnya pada zooxanthese dan polifera
Menurut Kordi (2004). Jenis makanan ada 2 yaitu:
1. Pakan alami adalah yang diberikan kepada ikan budidaya yang diperoleh langsung dari alam atau produksi melalui kultur. Contoh pakan alami berupa hewan adalah artemia, kutu air, rotifora, cacing, jentik nyamuk, semut, kecoa, ikan-ikan rucah, udang dansebagainya. Sedangkan pakan alami tumbuhan antara lain klorella, tetra solmis, lumut, dun ubi, daun talas dan sebagainya.
2. Pakan buatan adalah pakan yang diberikan kepada ikan budidaya yang telah diolah menjadi satu ramuan komplit, seperti pelet. Pakan buatan dapat diproduksi sendiri atau dapat diperoleh di toko-toko pakan.

Pengertian Osmoregulasi dan difusi

Menurut Isnaeni (2006), pengertian osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada pada tubuh hewan.
Menurut Kordi (2008), osmoregulasi merupakan pertukaran air dari dan kedalam tubuh hewan. Osmoregulasi berasal dari kata Osmo dan Regulasi. Osmosis adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungan atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.
Pengertian Difusi
Perpindahan molekul pada gas dan cair disebut difusi. Difusi adalah perpindahan molekul dari daerah yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi menuju konsentrasi yang lebih rendah. Konsentrasi gradien menurun (Kee, 2001).
Difusi adalah penyebaran, disini penyebaran molekul – molekul suatu zat. Penyebaran itu ditimbulkan oleh suatu gaya yang identif dengan energi kinetik tersebut. Baik gas maupun zat cair dan zat padat molekul – molekulnya ada kecenderungan untuk menyebar, mesra kesegala arah sampai dimana – mana terdapat konsentrasi yang sama dari ketiga macam zat tersebut maka gaslah yang paling berdifusi (Dwidjoseputro, 1992).

Pengertian Osmosis


Pada hakikatnya osmosis adalah suatu proses difusi pada ahli kimia menyataan bahwa osmosis adalah difusi dari pelarut melalui suatu pelarut yang permiabel secara siferensial. Membran sel yang meloloskan meloloskan molekul tertentu tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeabel secara diferensial seperti dikatakan diatas bahwa osmosis adalah difusi air. Melalui selaput yang permiabel secara diferensial dari tempat konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah perlu ditentukan bahwa “konsentrasi” disini adalah konsentrasi pelarutnya.Yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat yang lurus(molekul,ion) dalam air itu. Pertukaran air antara sel dan lingkungannya adalah suatu faktor yang begitu penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis (Kimball, 1992).

Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semi permeabel (permiabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi , hingga kadar sama. Seluruh membran sel dan kapiler permiabel terhadap air. Sehingga tekanan osmotik cairan tubuh kompartemen sama. Membran semi permeabel adalah membran yang dapat dilalui air (pelarut) . Namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein (Hartanto, 2007).

Kamis, 29 April 2010

biologi laut

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. (Romimontarto, 2001)
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan yang berbeda-beda ke dalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut kriteria-kriteria yang berbeda-beda. (Romimohtarto, 2001)
Pencampuran air laut dan air tawar mempunyai pola pencampuran yang khusus. Berdasarkan pola pencampuran air laut, secara umum terdapat 3 model estuaria yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman, dan pola pasang surut karena dorongan dan volume akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. (Anonymousa, 2009).
Zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah.zona kedua merupakan batas antara sudut terendah dan pasang tertinggi dan garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut ( subtidal ).(Prajitno,2007)
Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat apasut dari pantai berlumpur dan teluk,goba dan estuari yang didominasi oleh halopita,yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin berpokok dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai,rawa-rawa,bersama-samasengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan.(Prajitno,2007)
Estuari memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Perairan semi tertutup
Bagian dari muara sungai
Dipengaruhi oleh pasang surut
Berhubungan langsung dengan laut
Tempat air laut bertemu / bercampur dengan air tawar (Prajitno,2007)
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zonasi
2.1.1 Intertidal
a. Pengertian Zona Intertidal
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Prajitno (2007), zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah dan garis permukaan laut (subtidal). Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.
b. Biota pada Zona Intertidal
Menurut Prajitno (2007), pada beberapa kawasan yang jauh dari kegiatan manusia kita dapat menemukan begitu ramainya kehidupan pantai berpasir dari kegiatan “pencarian makanan” dan “bermain” di sela-sela hempasan riak gelombang oleh kepiting-kepiting kecil termasuk hermit crab, cacing-cacing pantai, kerang-kerangan kecil. Komunitas vegetasi pantai tropis didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Algae sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m.

Ikan-ikan intertidal :
Menurut Nybakken (1988), walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan dalam ekologi invertebrata dan tumbuhan dari zona intertidal dengan tiga tipe pantai, tetapi hanya sedikit keterangan mengenai ikan di daerah ini atau tentang peranannya di dalam organisasi komunitas baik sebagai grazer maupun predator.
Burung :
Menurut Nybakken (1988), ketika pasang turun, berbagai burung biasanya berasosiasi dengan zona intertidal. Cukup mengherankan, pengaruh burung-burung ini terhadap komunitas invertebrata pada saat ini sangat sedikit diketahui, kecuali peranan pada hamparan dataran lumpur estuaria. Kebanyakan burung yang berasosiasi dengan daerah intertidal merupakan burung karnivora atau omnivora.
2.1.2 Mangrove
a. Pengertian Zona Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu (Anonymousb, 2009).
Menurut Romimontarto (2001), mangrove umumnya berupa hutan yang terletak di tepi pantai laut di mintakat pasut. Hutan ini umumnya lebat dan berawa-rawa sehingga penelitian dengan menggunakan metode transek tidak mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk dapat melakukan penelitian dengan metode tersebut.
b. Biota Pada Zona Mangrove
Menurut Romimontarto (2001), tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa fructicans terdapat pada habitat yang berair lebih tawar. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon dan ikan.
Menurut Prajitno (2007) bahawa hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak-semak,semak yang terdiri itu Genera tumbuhanAegiatusberbunga(Avicennia,Sonneratia,Rhizophora,Bruguiera,Xylocarpus,Langunculana,Aegiatus,Snaed,dan Conocarpus yang termasuk kedalam 8 familiy.

c. Susunan Tanaman dari Perairan ke Daratan di Mangrove
Berdasarkan ketahanannya terhadap genangan pasang air laut, Prajitno (2007) mengelompokkan tumbuhan mangrove menjadi lima, yaitu:
1.Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang naik: pada umumnya tidak ada spesies dapat hidup pada kondisi seperti ini, kecuali Rhizophora mucronata.
2.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang medium: spesies yang banyak hidup di sini adalah dari genera Avicennia, yaitu Avicennia alba, A. marine, A. intermedia, dan Sonneratia griffithi, serta spesies Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
3.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan pada pasang naik normal: umumnya tumbuhan mangrove dapat hidup di daerah ini. Namun yang paling dominan adalah spesies dari genera Rizhopora.
4.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan hanya pada pasang-naik tertinggi (spring-tide): cocok untuk spesies Bruguiera gymnorhiza dan B. cylindricat.
5.Spesies tumbuhan yang hanya tumbuh di daerah genangan pada pasang naik lainnya (kadang-kadang digenangi oleh pasang tertinggi): Bruguira gymnorhiza dominan, akan tetapi Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatus dapat tahan di daerah ini.
Menurut Ghufron (2008), hutan mangrove terdapat lima zona berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu:
1.Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Avicennia dan Sonneratia.
2.Hutan pada substrat yang sedikit lebih tinggi yang biasanya dikuasai oleh Bruguiera cylindrica.
3.Ke arah daratan lagi hutan dikuasai olah Rhizophora mucronata dan R. apiculata.
4.Hutan yang dikuasai oleh Bruguiera parviflora kadang-kadang dijumpai tanpa jenis pohon lainnya.
5.Hutan mangrove terakhir dikuasai oleh Bruguiera gymnorrhiza.

2.1.3 Estuaria
a. Pengertian Zona Estuaria
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, dan sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuariaa merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang-surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. (Anonymousc, 2009)
Estuaria adalah daerah litoral yang agak tertutup (teluk di pantai), tempat sungai bermuara dan air tawar dari sungai bercampur dengan air asin dari laut. Biasanya berkaitan dengan pertemuan perairan sungai dengan perairan laut. (Anonymousd, 2009).
b. Biota Pada Zona Estuaria
Menurut Nybakken (1988), genera diatom yang dominan termasuk Skeletonema, Asterionella, Chaetoresos, Nitzchia, Thallassionema, dan Melosira. Genera Dinoflagellata yang melimpah termasuk Gymnodinium, Gonyaulax, Peridinium, dan Ceratium. Zooplankton estuaria yang khas meliputi spesies dari genera Copepoda eurytemora, Acartia, Pseudodiaptomus, dan Centropages; misid tertentu misalnya spesies dari genera Neomysis praunus dan Mesopodopsis dan amfipoda tertentu misalnya spesies dari Gammarus.
2.3.2 Suhu
Menurut Bayard (1983), suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggangkan jangka suhu yang nisbi. Luas diistilahkan sebagai ueritermal, yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya daripada yang lain.
Menurut Romimontarto (2001), pada permukaan laut air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100 oC dan suhu terendah 0 oC. Karena adanya pengaruh salinitas dan densitas, maka air laut dapat tetap cair pada suhu dibawah 0 oC. Suhu alami air laut berkisar antara suhu dibawah 0 oC tersebut sampai 33 oC. Di permukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9 oC. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut

oceanografi

LAPORAN OCEANOGRAFI

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto,2001).
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat,1985).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu merupakansalah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard,1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi,1986).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi organisme perairan karena berpengaruh terhadap laju metabolisme dan pertumbuhan. Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol (controlling factor) yaitu pengendali kecepatan reaksi kimia didalam tubuh termasuk prosses metabolisme. Foresberg dan summerfelt (1998) menyatakan bahwa meningkatkannya suhu akan mempercepat kelangsungan proses metabolisme (Widiyati, 2005).

2.2.2 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi,1986).
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi secara alami. Menurut Nybakken (1992),fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan (Anonymous a,2009).

2.2.3 Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut,khususnya diwilayah pantai. Pasang surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan. Bumi berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan karena berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken,1988).


2.2.4 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat,1985).
Secara ekologis gelombang paling penting dimintakan pasang surut dibagian yang agak dalam pengaruhnya menggurang sampai kedasar,dan diperaiaran oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang (Anonymous b, 2009).

2.2.5 Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan luasnya jaringan. Jaringan jasad hidup yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat menghasilkan pengkikisan. Diperairan dengan dasar Lumpur arus dapat mengaduk endapan Lumpur-lumpuran sehinga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari dan karenanya mengurangi aktivitas fotosistesis.manfaat dari arus bagu banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembunggan kotoran-kotoranya (anonymous c, 2009).

2.2.6. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2009).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken, 1988).

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).
pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air. Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air (Anonymous c, 2009).
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).

2.3.2 Salinitas
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah salinitas. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00) dan simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan sampai bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida yang hilang. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas, dengan rumus :
S 0/00 = 0,03 + 1,805 CI 0/00 (Romimohtarto, 2001).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, sebagai berikut :
1.) Pola sirkulasi air
2.) Penguapan
3.) Curah hujan
4.) Arah aliran sungai (Nontji, 1986)

2.3.3. DO
DO (Disolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous c , 2009).
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobic hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous b, 2009).
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang penting bagi kehidupan. Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikrorganisme. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan. Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya senyawa atau unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota diperairan adalah mencapai antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter (Supriyadi, 2002).



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto,2001).
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat,1985).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu merupakansalah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard,1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi,1986).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi organisme perairan karena berpengaruh terhadap laju metabolisme dan pertumbuhan. Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol (controlling factor) yaitu pengendali kecepatan reaksi kimia didalam tubuh termasuk prosses metabolisme. Foresberg dan summerfelt (1998) menyatakan bahwa meningkatkannya suhu akan mempercepat kelangsungan proses metabolisme (Widiyati, 2005).

2.2.2 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi,1986).
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi secara alami. Menurut Nybakken (1992),fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan (Anonymous a,2009).

2.2.3 Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut,khususnya diwilayah pantai. Pasang surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan. Bumi berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan karena berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken,1988).


2.2.4 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat,1985).
Secara ekologis gelombang paling penting dimintakan pasang surut dibagian yang agak dalam pengaruhnya menggurang sampai kedasar,dan diperaiaran oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang (Anonymous b, 2009).

2.2.5 Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan luasnya jaringan. Jaringan jasad hidup yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat menghasilkan pengkikisan. Diperairan dengan dasar Lumpur arus dapat mengaduk endapan Lumpur-lumpuran sehinga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari dan karenanya mengurangi aktivitas fotosistesis.manfaat dari arus bagu banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembunggan kotoran-kotoranya (anonymous c, 2009).

2.2.6. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2009).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken, 1988).

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).
pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air. Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air (Anonymous c, 2009).
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).

2.3.2 Salinitas
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah salinitas. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00) dan simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan sampai bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida yang hilang. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas, dengan rumus :
S 0/00 = 0,03 + 1,805 CI 0/00 (Romimohtarto, 2001).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, sebagai berikut :
1.) Pola sirkulasi air
2.) Penguapan
3.) Curah hujan
4.) Arah aliran sungai (Nontji, 1986)

2.3.3. DO
DO (Disolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous c , 2009).
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobic hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous b, 2009).
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang penting bagi kehidupan. Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikrorganisme. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan. Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya senyawa atau unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota diperairan adalah mencapai antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter (Supriyadi, 2002).