Parameter kualitas Air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton
Prameter kualitas Air
• Parameter fisika
1) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebaran jasad-jasad renik. Jasad yang mempertenggang jasad suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai burithermol yang terbatas kepada jangka suhu yang lebih sempit stenothermal (MC Connoughgy dan Zottoli, 1983).
Proses penyerapan cahaya matahari berlangsung secara intensif pada bagian atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya stratifikasi pada kolomair seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Epilimnion merupakan lapisan yang penurunan suhunya relatif kecil hampir konstan. (effendi, 2003).
2) Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan sechidisk. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dalam satu meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersusponsi, serta oleh ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (effendi, 2003)
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel liat, lumpur atau lainnya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahan dan habitat berbagai organisme (wirawan, 1992).
• Parameter kimia
1) Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air, walaupun oksigen (O2) sulit larut tapi dibutuhkan oleh semua jenis kehidupan di air. Tanpa adanya oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan binatang diperairan (Sutrisno, 2004)
Perairan dengan O2 tinggi, keragaman organisme biasanya tinggi. Jika O2 menurun, hanya organisme yang toleran saja yang dapat hidup di tempat tersebut. Variasi harian O2 demu oligatroph biasanya rendah, sebaliknya danau eutroph tinggi (Arfiati, 2001).
2) Karbondioksida
Karbondioksida merupakan gas yang sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Sumber CO2 dalam air adalah difusi dari udara. Proses dekomposisi bahan organik. Air hujan dan air bawah tanah maupun hasil repirasi organisme. Sifat-sifat gas CO2 menurut Arfiati (2001) adalah:
1. Thermodinamikanya stabil dan tidak mudah teroksidasi
2. Mudah terdifusi dari dan ke atmosfer
3. Kelarutannya dalam air cukup tinggi
Menurut Arfiati (2001), karbondioksida dalam air dapat dijumpai dalam empat bentuk yaitu:
1. CO2 gas yang bebas
2. Asam Karbonat HCO3
3. Bikarbonat HCO3
4. Karbonat CO32
Gambar 1. Siklus Co2 (Effendi, 2003)
3) PH
PH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan yang dimaksud “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelaruta air Indikator asam bisa dapat menggunakan kertas lakmus atau dengan PH meter (Anonymous, 2008).
Menurut Sutrisno (2004), konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan dinyatakan dengan PH organisme sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan ion hidrogen yang ada dalam perairan.
Skala PH merupakan suatu skala logaritma negatif, yang berarti bahwa untuk setiap penurunan 1 unit PH terjadi peningkatan konsentrasi ion hidrogen 10 kali lipat. Netralistas dalam skala PH merupakan titik keseimbangan Jumlah Ion hidrogen (H+) dan hidroksir (OH-) yang ada.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
a Fitoplankton
1. Fisika
A. Suhu
Suhu yang optimal untuk budidaya fitoplankton berkisar antara 20 – 24 °C walaupun hal ini dapat bervariasi dengan komposisi media budaya, spesies dan strain yang dibudidaya. Umumnya spesies yang dibudidayakan dari mikroalga toleran terhadap suhu 16 – 27 °C. Suhu dibawah16 °C dapat menghambat pertumbuhan, sedangkan suhu 35°C adalah mematikan untuk beberapa spesies (Ekawati, 2005).
Pengaruh tidak langsung temperatur terhaap phytoplankton dapat dilihat dari stratifikasi thermal dari massa air di danau atau laut. Stratifikasi kolam air bagian atas yang panas (epilimnion) terpisah dari hypolimnion yang dingin oleh suatu lapisan tipis yang disebut matairmnion. Jika hal ini benar-benar terjadi, siklus tahunan phytoplankton mengalami variasi yang khas (Herawati, 1989)
B. Kecerahan
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laur dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (romimohtarto dan Juwana, 2001).
Adanya sinar matahari sebagai energi matahari dapat menggambarkan tentang prosedur primer. Menurut herawati (1989), ada 4 aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan energi radiasi antara lain:
a. Cara Phytoplankton dalam memanfaatkan energi radiasi.
b. Intensitas dari sinar matahari
c. Perubahan cahaya setelah memasuki bagian air dari udara.
d. Proses dengan menurunnya kedalam terhadap penetrasi cahaya dan pembiasan.
Parameter Kimia
A. pH
Kisaran pH untuk budidaya alga antara 7 – 9 dengan kisaran yang optimal 8,2 – 8,7 kegagalan dalam budidaya alga dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan PH media budidaya. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan agrasi (Ekawati, 2005).
B. DO
Oksigen terlarut rendah dapat diperkecil melalui pengaturan pemberian pakan, kelebihan pemberian pakan biasanya di ikuti dengan proses pembusukan yang memanfaatkan oksigen dan air dan hasil akhirnya berupa bahan anorganik yang merupakan pupuk bagi fitoplankton. Di Perairan tawar, kadar O2 terlarut berkisar antara 15mg/l pada suhu °C dan 8 mg/l pada suhu 25 °C (Sulmin, 2008).
C. CO2
Dalam budidaya dengan kepadatan tinggi CO2 dari udara (mengandung 0,03 % CO2 merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan algae, maka perlu dibantu dengan adanya agrasi (Ekawati, 2005).
Karbondioksida sangat dibutuhkan fito plankton dalam melakukan fotosintesis. Kadar karbondioksida diperairan dapat mengalami pengurangan bahkan hilang akibat proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasrasi, perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar O2¬ bebas sebesar < 5 mg/l (Effendi, 2003).
3. Biologi
a. Kompetisi
Organisme akan mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi interspesifik dalam memanfaatkan sumber energi maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan, kelimpahan phytoplankton adalah lebih sedikit dalam kolam dengan 10 dan 25% dibanding dengan kolam 8 dan 5% menutupi kolam. Kompetisi sejenis bunga bakung air dengan phyutoplankton yang berhubungan dengan macrophytes lain untuk mengurangi potensi phytoplankton dalam kolam (Musa dan Yanuhar, 2006).
b. Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius pada budidaya mikroalga monospesiik atau axenix (Ekawati, 2005).
Fitoplankton setelah kematian akan dimangsa oleh zooplankton dan didegradasi oleh mikroba. Penjebakan sedimen organik dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen dalam kolam air. Partikel sendimen dalam kolam air hanya partikulat berdiameter > 50 n. Dan pellet tahi zooplankton yang dapat tersedimentasi. Predasi fitoplangkton oleh zooplankton sangt berperan dalam menentukan bentuk sedimentasi pada lingkungan masing-masing. Selanjutnya akan di mangsa oleh zooplankton dan mengalami hidrolisa dalam metabolisme zooplankton faefotbida (Burhan, 2007).
2.1.2 Zooplankton
1. Fisika
a) Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung dari type morfologinya. Small type dan large type berbeda dalam kebutuhannya terhadap suhu optimal. Untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15 – 25 °C. pada umumnya peningkatan suhu di dalam batas-batas yang optimal biasanya mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekowati, 2005).
b) Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat, lumpur atau lainnya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahanya dan habitat berbagai organisme (Wirawan, 1992).
Menurut subarijanti (2005) kekeruhan periaran dikarenakan plankton dengan nilai daya cerah 30 – 40 cm justru diperlukan. Pada kondisi ini terjadi penurunan indeks diversitas. Hal ini di duga karena terjadinya interaksi antara tekanan faktor eksternal yang semakin kuat dan kemampuan sebagai adaptasi berbagai organisme zooplankton tersebut yang semakin menurun, sehingga pengaruh terhadap zooplankton yang hidupnya diperairan juga berkurang faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah faktor kekeruhan suatu perairan (Anonymausi, 2009).
c) Subtrat
Menurut subarijanti (2005), zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organik karena sebagai makanannya.
Ekosistem padang lamun berfungsi sebagai penyuplai energi baik pada zonabenthic. Maupun pelagis. Detritus daun lamun yang tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad renik, sehingga dihasilkan bahan organik. Baik yang tersuspensi maupun yang terlarut dalam bentuk nutrient. Nutrient tersebut tidak hanya dimanfaatkan bagi tumbuhan lamun, tetapi juga bermanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton (Anonymous, 2009).
2. Kimia
a) PH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organik. Zooplankton di lingkungan alami hidup pada PH > 6,6 sedangkan pada kondisi budidaya yang optimal hidup pada kondisi PH 6 – 8 (Ekawati, 2005).
PH merupakan salah satu bagian dari faktor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya kelimpahan zooplankton disuatu perairan. Adapun PH optimum yang baik untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton di suatu perairan alami adalah pada PH 6, - 8,6 (www.research.ui.ac.id.2008).
b) Rotifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup dalam air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2 mg/l. tingkat oksigen terlarut dalam air budidaya tergantung pada suhu, salinitas, kepadatan, dan jenis makanan yang digunakan (Ekawati, 2005).
3. Biologi
a) Kompetisi
Organisme akan mengandakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi interspesifik dalam memanfaatkan sumber energi maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan (Nausa dan Yanuhar, 2006).
b) Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius pada mikroalga monospesifik /axenix (Ekawati, 2005).
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Seperti adanya zooplankton sebagai predator yang memangsa fitoplankton yang ada di perairan (Praweda, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar